Begitu Merindukan Surga
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
BEGITU MERINDUKAN SURGA
.
Tidak terhitung sudah, berapa banyak
biaya dan usaha yang telah dilakukannya untuk berobat. Namun Allah belum
menghendaki kesembuhan atasnya.
Disebuah kamar sempit itu, terjadilah
perbincangan yang sangat menarik. Satu hal yang menjadi penasaran sang
sahabat, adalah ketika melihat raut wajah sahabatnya yang sama sekali
tiada tampak kekhawatiran di wajah sahabatnya yang sedang sakit itu.
Dengan penuh kehati- hatian dia bertanya,
bagaimana bisa kau sangat bersabar atas musibah yang menimpamu kali
ini? dan bukankah ini sudah bertahun- tahun lamanya?
Sang sahabat yang tengah terbaring sakit itu tersenyum, dan menjawab…
Aku pernah membaca sebuah kisah, tentang
seorang wanita di jaman Rasulullah. Wanita yang sangat sholihah, dan
begitu merindukan syurga. Ibnu Abbas pernah berkata bahwa beliau ingin
menunjukkan seorang wanita penghuni syurga kepada Atha bin Abi Rabah.
Wanita itu bukanlah wanita cantik, atau dari kalangan terhormat, melainkan hanya seorang wanita hitam.
Suatu hari wanita itu datang kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disana dia berkata, ‘Aku menderita
penyakit ayan dan auratku tersingkap, di saat penyakitku kambuh.
Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’ Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
“Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu“’ Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar’
Lalu dia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap’
Maka Nabi pun mendoakannya.”.
Sambil terbaring ditempat tidurnya, wanita sahabatnya itu lalu berkata “Lalu apakah menurutmu aku juga tidak ingin mendapatkan surga seperti wanita itu?”
Dan Allahpun berfirman bahwa
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” Al-baqarah, ayat 153
Bagaimana pendapatmu jika kau mendapati
Allah telah bersedia menjadi teman sejatimu, yang berarti itu adalah
lebih baik dari pada kau miliki langit dan bumi ini, dan atau semua
teman yang terbaik yang pernah ada dan pernah kau miliki?
Dengan tetap tersenyum, diapun melanjutkan…Aku akan tetap bertahan dalam kesabaranku, karena aku begitu merindukan syurga
Apakah kau aku tahu tentang betapa indahnya surga?
Aku mendengar bahwa jika seseorang telah
melihatnya, maka dia akan dapat melupakan semua kesengsaraannya di
dunia. Dan ya, siapa lagi yang lebih bisa aku percaya dan aku pegang
janjinya selain tuhanku sendiri.
Maka dari itu tak apalah jika aku harus
sakit di dunia ini, aku yakin ini hanya sebentar. Saat aku nanti sembuh,
maka pelajaran atas sabar dan bersyukur insya Allah akan selalu melekat
di hatiku.
Tapi jika Allah berkehendak bahwa hidpku
hanya sampai disini saja, maka paling tidak dengan yang aku lakukan ini,
bisa menjadi sedikit harapanku untuk nanti aku mendapatkan syurga,
keindahan, dan kesehatan yang abadi kelak, di sana. InsyaAllah
Sang sahabat seakan tidak percaya dan
hanya tertegun mendengarnya. Ini bukanlah tentang cerita pengantar
tidur, ataupun dongeng yang enak di dengar telinga.
Namun, ini adalah sebuah nasehat yang
datang dari sebuah hati yang kecintaannya begitu besar terhadap Allah,
dan kerinduan yang sangat Atas Syurga.
Dan Kedamaian kata- kata itu bukan
berasal dari orang yang segar bugar, namun justru berasal dari manusia
yang sedang berkesusahan.
|
Dalam hati sang sahabat lalu berdoa,
Semoga Allah juga menganugrahkan hati yang begitu sabar
dan pikiran positif yang sangat kuat
atas apapun takdir yang diberikan oleh Allah atasnya
|
Sumber : (Syahidah/Voa-islam.com)
|
BELAJAR DARI KISAH NABI AYUB
Nabi Ayub as menggambarkan sosok manusia
yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak
kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub.
Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya
Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran
atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada
setiap budaya.
Allah SWT telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)” (QS. Shad: 44)
Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali
kepada Allah SWT. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada
Allah SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan
beliau memperoleh keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur’an al-Karim tidak menyebutkan
bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang
mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena
penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk
mendekatinya.
Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub:
“Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya”
Tentu kita menolak semua ini sebagai
suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap
sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat:
“Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita”
sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as.
Maka, kapan setan kembali keharibaan
Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di
hadapan suatu hakikat.
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya?
Yang populer tentang cobaan Nabi Ayub dan
kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara
sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah
seorang di antara mereka berkata: “Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub“
Beliau adalah orang mukmin yang paling
sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak
beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan
selalu berdakwah di jalan-Nya.”
Setan mendengarkan apa yang dikatakan
lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke
Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah
seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada
Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk
mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu
Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: “Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang
menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena
cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu.
Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu
karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah
memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya,
kekayaannya, dan anak-anaknya.
Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau
karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau
apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya
dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut.
Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta.”
Allah SWT berfirman:
“Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: (‘Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’
Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah” (QS. al-Anbiya’: 83-84)
Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub
adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT
menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya.
Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya.
Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan
keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia
ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya,
tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur
kepada Allah SWT.
Sakit yang dideritanya cukup lama
sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan
sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya.
Allah SWT berfirman :
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’
(Allah berfirman) :
‘Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)” (QS. Shad: 41-44)
Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan
kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan
beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT
memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini.
Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah
ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang
terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari
penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal
seperti biasanya.
Allah SWT memberikan kepada Ayub dan
keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari
sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT
memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga
Ayub tidak menjadi fakir.
|
Sambutlah saat duka cita Sebagai karunia,
Karena suka maupun duka Datang daripadaNya.
Bila itu datang dari Dia, Mengapa menolaknya?
Tuhan selalu menyertai kita Dan mengawasi kita.
Bila duka cita membawa manfaat, Ia memberi duka cita;
Bila suka cita membawa manfaat, Ia memberi suka cita.
Kedua-duanya kita peroleh Sesuai kehendakNya
Jangan bersedih karena duka
Dan jangan lalai ketika suka
|
Quantum Ilahi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar