بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
LIMPAHAN KARUNIA ALLAH SWT
.
Jadi, tersendatnya nikmat Allah sejatinya
bukan merupakan tanda bahwa Allah tidak sayang kepada hambaNya tapi
sebagai ajang untuk pembelajaran diri menjadi pribadi muslim yang jauh
lebih baik.
Kita akan merasa yakin, bahwa sebenarnya kenikmatan yang Allah
berikan terus mengalir. Bukan hanya kenikmatan yang berbentuk materi,
lebih dari itu ketenangan hati, merasa cukup dengan apa yang ada,
perlindungan Allah dari segala gangguan buruk dan lainnya adalah nikmat
yang jauh lebih besar jika di bandingkan dengan materi.
|
Seorang muslim sejati akan terus berfikir
bahwa ujian itu tak lebih dari setetes air hujan dan nikmatNya adalah
hujan deras yang terus mengalir. Tak akan mampu kita menghitung aliran
nikmat Allah.
Nikmat Allah SWT diantaranya adalah hidayah, tentu bagi siapa yang mau menggapai hidayah-Nya.
Kadang kehidupan sekarang ini bila
diperhatikan dari berita berbagai media, sungguh kemaksiatan ada
dimana-mana berupa cara, rasa, warna menarik kita, sehingga bisa jadi
seseorang jadi tidak perduli dengan pegangan Agama.
Dibuai dengan kelalaian yang mendominasi
sehingga terkadang sampai memicingkan mata, perhatikan lingkungan, baik
diri kita, keluarga, adik-adik kita, anak-anak dan sebagainya.
Datangi pengajian, datangi ilmuNya Allah,
bersemangat mencari fadhilah Ilmu sambil memohon pertolonganNya, karena
Islam sungguh luas karena semua kehidupan diatur oleh Allah SWT itulah
bentuk ibadah yang sesungguhnya.
Baik dari urusan sholat, haji, puasa,
berdagang, bermuamalah, bertetangga, bakti orang tua dsb karena Allah
SWT maha mengetahui kebaikan bagi kita manusia yang diciptakan sebagai
khalifahNya dimuka bumi.
Menjalaninya itulah bentuk syukur yang
sesungguhNya karena menjalani amanah kehidupan yg diinginkan Allah SWT
dalam Al Qur’an dan Sunnah
|
Sesungguhnya DIA ALLAH MAHA PENGAMPUN & MAHA PENYAYANG.
( QS. Al-Zumar 39:53) Surah ROMBONGAN-ROMBONGANRasulullah bersabda,“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
“ALLAH membentangkan tangannya diwaktu malam untuk mengampuni hambanya yang berdosa diwaktu siang,DIA membentangkan tangannya diwaktu siang untuk mengampuni hambanya yang berdosa di waktu malam“
Karena itu sahabatku, jangan pernah sia siakan lagi KESEMPATAN PALING BERSEJARAH dalam hidup kita, mumpung jantung masih berdenyut, nafas masih menghela, SEGERA RAIH KEMULIAAN HIDUP dengan SEGERA BERTAUBAT SUNGGUH SUNGGUH.
|
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Adapun manusia apabila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Rabb-ku telah memuliakanku”Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, “Rabb-ku menghinakanku” (QS. 89 : 15-16).
Ujian yang datang dari Allah terkadang dalam bentuk kebaikan ataupun keburukan, sebagaimana firman-Nya:
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” (QS. 21 : 35).
Allah akan mengujinya dengan kebaikan dan limpahan karunia, apakah dia bersyukur ataukah kufur?
Allah juga akan mengujinya dengan kejelekan dan perkara-perkara yang menyakitkan, apakah dia bersabar ataukah membangkang ?
Kondisi manusia selalu berada di antara
kesenangan dan kesusahan. Terkadang dia mendapatkan kesenangan yang
membuatnya bahagia dan terkadang mendapatkan kesusahan yang membuatnya
sedih, seluruhnya adalah ujian dari Allah.
Tabiat manusia yang selalu berbuat zhalim dan jahil, jika diuji Rabb-nya dengan nikmat dan kemuliaan biasanya akan berkata, “Rabb-ku telah memuliakanku”,
seolah-olah dia berkata, “Aku memang pantas mendapatkan karunia ini!”
Ia tidak mengakui karunia Allah tersebut. Hal ini seperti firman Allah
yang mengisahkan perkataan Qarun:
Bahkan ketika diingatkan terhadap nikmat Allah, ia berkata:“Ia berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” (QS. 28 : 78).
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” (QS. 28 : 78).
Dia tidak mengakui dan bahkan melupakan
karunia Allah kepadanya. Inilah yang terjadi pada kebanyakan manusia,
jika Allah memuliakan dan mengaruniakan nikmat kepadanya, dengan enteng
mereka berkata, “Ini adalah kemuliaan yang diberikan Allah kepada kami karena kami memang pantas menerimanya!”
Andai saja dia berkata, “Sesungguhnya
Allah memberikan karunia ini kepada kami sekaligus mengakui bahwa nikmat
itu semata didapatnya karena kemurahan Allah lalu menyebut-nyebut
nikmat Allah, tentunya hal ini tidaklah mengapa.
Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:Yakni disempitkan rezekinya.“Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi rezekinya…” (QS. 89 : 16).
“…maka dia berkata, “Rabb-ku menghinakanku” (QS. 89 : 16).
Seolah-olah dia berkata,
“Allah
telah menzhalimiku dan menghinakanku sehingga tidak memberiku rezeki
seperti yang diberikan kepada si fulan, tidak memuliakanku seperti Dia
memuliakan si fulan”
Dia pun menjadi manusia yang tidak pernah bersyukur ketika senang, selalu bangga dengan dirinya dan selalu berkata, “Ini adalah hakku!”Sebaliknya jika ditimpa kesusahan, maka dialah orang yang paling tidak sabar dan akan selalu menentang ketentuan Allah dan selalu berkata, “Rabb-ku menghinakanku.”
|
Inilah tabiat umumnya manusia. Adapun
orang mukmin tidak akan berbuat seperti itu. Seorang mukmin jika diberi
kemuliaan dan kenikmatan dari Rabb-nya akan segera bersyukur dan
menganggap bahwa semua ini diberikan karena rahmat dan kebaikan-Nya
semata.
Bukan beranggapan bahwa semua itu didapat
karena memang merupakan hak dan kemuliaan dirinya. Dan jika mendapat
ujian dari Rabb-nya dengan menyempitkan rezekinya dia akan selalu
bersabar sambil mengharapkan balasan pahala, dan segera introspeksi diri
sambil berkata,
“Ini semua karena dosa-dosaku, Allah tidak akan menghinakan dan menzhalimi diriku.”
Ia pun menjadi orang yang paling bersabar
ketika diuji dengan derita dan bencana dan paling bersyukur ketika
diuji dengan kelapangan dan kenikmatan.
Pada kedua ayat ini menganjurkan agar
manusia selalu berusaha untuk sabar dan menyabarkan diri. Hendaknya
selalu bertanya, “Apa hikmahnya Allah memberiku harta ini?
Apa yang Dia kehendaki dariku? Allah
ingin agar aku bersyukur.” Atau bertanya, “Apa hikmahnya Allah mengujiku
dengan kefakiran, dengan penyakit ini dan itu? Dia inginkan agar aku
bersabar.”
Hendaklah dia selalu introspeksi diri
agar tidak seperti karakter manusia lainnya yang selalu berbuat jahil
dan zhalim. Karena itulah Allah berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian)”.
Maksudnya bahwa sebenarnya karunia yang
diberikan Allah kepadamu bukan karena kemuliaan dirimu ataupun hakmu,
namun semuanya karena kemurahan-Nya semata.
Sebaliknya ketika Dia membatasi rezekimu bukan berarti Dia menghinakanmu, tetapi karena hikmah tertentu dan keadilan-Nya semata.
|
“Ya ALLAH ampuni seluruh dosa dosa kami dan terimalah taubat kami … Amien“
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar